oleh Aa Gym
Kata Al-Latif 7 kali tertulis di dalam Al Quran, yang bermakna Allah Maha Halus, Lembut dan Teliti pengawasannya kepada kita. “Allah Yang Maha Lembut memberi rejeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dialah Allah yang Maha Kuat lagi Maha Mulia.”
Maha lembutnya Allah SWT, sehingga Maha Tahu kebutuhan hamba-Nya, dan disampaikannya kebutuhan-kebutuhan itu kepada hamba-Nya, tanpa diketahui dan dirasakan, bahkan oleh hamba itu sendiri. Tapi sesungguhnya amat dirasakan wujudnya.
Saat lahir ke dunia, tanpa kita pahami Allah mengilhamkan keinginan untuk menangis ketika butuh menyusui. Tanpa kita sadari, semuanya diurus Allah, hingga ke sel demi sel, sampai ke tingkat kromosom, demikian teliti. Semuanya diurus oleh Allah SWT dengan sempurna.
Pertolongan Allah tidak harus berwujud seperti yang kita inginkan, dan kita duga. Allah SWT dalam memberi pertolongan kepada kita bisa tanpa terasa oleh kita, namun pertolongan itu jelas ada. Allah mencukupi rejeki kita tanpa terbetik dalam pikiran kita, tapi itu berwujud.
Ketika kita di dalam rahim sungguh tidak ada yang mengetahui bagaimana keadaan di dalamnya. Allah yang Maha Halus Lembut menyusun sel demi sel, mencukupi kebutuhan sel tanpa dipahami oleh siapa pun. Menyusun tubuh kita di tempat yang tersembunyi. Kita akan dibuat bingung, mengenai bagaimana lalu lintas karunia organ-organ tubuh itu terjadi, seperti oksigen, darah, sel-sel, dan sebagainya yang terdapat di dalam di tubuh kita tanpa ada yang mengetahuinya.
Kalau sekecil wujudnya ini saja demikian terlihat bagi Allah, dan diurus dengan sempurna, dan seksama, pasti pada yang lahiriah jelas terlihat tidak akan luput dari perhatian dan pemeliharaan Allah SWT.
Sebagaimana tertulis di dalam QS At-Thalaq : 3, "Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar." (QS. Ath-Thalaq [65] : 2).
Jalan ke luar tidak harus dalam bentuk yang mudah kita pahami, tetapi jalan keluar bisa dalam bentuk ilham. Saat tiba-tiba terpikir suatu ide atau gagasan yang menjadi jalan Allah memberikan solusinya. Walau bisa saja disadari maupun tidak. Bahkan hal itu senantiasa berjalan terus mengarah kepada solusi. Kita dengar bagaimana Imam Al Ghazali mengisyaratkan bahwa Allah mengetahui rincian kemaslahan dan seluk beluk rahasianya serta Allah sangat mampu mengatur jalan agar kemaslahatan itu sampai pada diri kita. Luar biasa.
Pada akhirnya kita menyakini bahwa Allah yang selalu mengetahui makhluk-Nya berharap memperoleh banyak kemaslahatan. Kemudian Allah menyiapkan sarana dan prasarana guna meraih kemudahan kemaslahatan itu. Allah yang bergegas menyingkirkan kegelisahan di hati pada saat adanya cobaan. Dan Allah-lah yang menganugerahkan berbagai karunia sebelum terbetik di dalam benak pikiran kita.
Begitu sempurna penyediaan dari Allah SWT bagi berbagai kebutuhan kita. Jadi, sesungguhnya orang yang menderita itu orang yang benar-benar kufur nikmat saja. Bila kita melihat rangakaian karunia Allah, tidak hanya yang Nampak, yang tersembunyi pun, membuat hati semakin bertambah keyakinannya kepada Allah.
Bagaimana mungkin keyakinan menghujamkan di hati kita, sedangkan kita sendiri tidak tahu ilmu mengenai hati kita; seperti apa dan di mana. Namun menakjubkan, kita bisa kuat dalam menghadapi cobaan, yakin dengan adanya Allah, tanpa kita lihat dengan mata lahiriah kita. Allah SWT dengan mudah bisa dengan cara yang amat halus tanpa terasa mengulurkan pertolongan-Nya kepada kita, maka tidak boleh kita putus asa dari rahmat Allah, karena pengetahuan kita tentang masalah kita terlalu sedikit, sedangkan permasalahan yang ada padatubuh kita demikian kompleks dan rumitnya, sangat tidak terkejar oleh kemampuan kita untuk menjangkaunya.
Perhatikan setiap saat yang terjadi pada tubuh kita. Kita tidak tahu terhadap kebutuhan tubuh kita sebenarnya seperti apa. Tatkala pada tubuh kita terjadi kerumitan lalu lintas sistem yang berlangsung setiap saat, lalu siapa yang mengurus kerumitan sistem ini? Dialah Al-Latif yang mengurus tubuh kita setiap saat.
Sehingga menjadi pertanyaan bagi diri kita ketika menghadapi hiruk pikuk kehidupan ini, pernahkah kita sendirian dalam hidup ini? Pasti tidak akan pernah sendirian. Kapan pun dan di mana pun. Karena kekuasaan Allah meliputi segala sesuatu. Kebutuhan yang tidak kita ketahui jauh lebih rumit daripada yang kita ketahui.
Keperluan kita sedikit dan sederhana dibanding dengan kebutuhan tubuh kita yang demikian kompleks.
Ketika Allah tidak diminta pun kebutuhan-kebutuhan kita menjadi beres. Bagaimana pula dengan yang terjadi apabila kita meminta kepada Allah. Apakah Allah akan menjadi bakhil apabila diminta. Bukannya Allah SWT tidak mengabulkan permohonan kita, hanya saja kita sombong tidak mau berdoa dengan semestinya. Semua masalah kita disebabkan karena kitalah yang kufur nikmat kepada Allah. Sesungguhnya Allah-lah yang menyiapkan seluruhnya dengan sempurna.
Semestinya kita merasa malu kepada Allah, karena kita tidak menyadari bahwa Allah member rejeki tiap saat. Buktinya, pernahkah Allah tidak memberi makan tiga hari saja kepada kita? Atau ditelantarkan? Patutkah kita curiga terhadap jaminan Allah SWT. Mestinya kita curiga kepada diri kita mengapa kufur nikmat kepada karunia Allah SWT, sehingga tidak bisa melihat betapa halusnya kemurahan Allah SWT.
Ada sesuatu yang halus pula pada asma Allah SWT, yakni kasih saying-Nya. Seperti apakah wujud dari perasaan ini. Apakah bentuknya gepeng, atau bulat, kita tidak tahu. Tapi kasih sayang ini benar-benar ada. Satu komponen yang luar biasa.
Dikatakan dalam sebuah hadist bahwa 1/100 kasih sayang yang Allah ciptakan di alam semesta ini dibagikan kepada makhluknya. Maka dengan itu induk ayam tidak mau menginjak anaknya. Kasih sayang kucing yang melindungi dan menjilati anaknya juga siapa yang mengajarinya. Ini fenomena yang menakjubkan.
Lebah yang membuat madu, harus 600 kali bolak balik mencari bunga, mengumpulkan sehingga jadi madu. Siapa yang mengajari, dan untuk siapa itu semua? Membeli madu berarti pula amal shaleh untuk menghargai perbuatan lebah.
Kalau kita sudah yakin dengan Allah yang Latif, maka Allah bisa mempersatukan hati, seperti jatuh cinta. Mereka yang jaraknya jauh bisa terpaut perasaannya. Allah Maha Pengatur Strategi bagi kita, tanpa terasa itulah yang menjadi kemaslahatan bagi kita.
Maka kita tidak boleh sok tahu dengan kenyataan yang tidak cocok dengan keinginan kita, walaupun kita sudah merasa berbuat baik. Allah Maha Halus membimbing kita supaya kita bisa taubat. Kita tidak tahu apa yang lebih halus atas kenyataan yang terjadi. Kita tahunya nafsu yang memberikan kenikmatan ke kita saja. Kita pun lebih bersandar kepada uang. Kita merasa aman dan nyaman dengan uang daripada Allah SWT. Maka tak perlu kaget, tatkala Allah menguji dengan keluarnya uang untuk berbagai kebutuhan di luar rencana. Sedemikian rupa sehingga dengannya menjadikan kita menyerah di hadapan Allah, seperti kain basah yang terhampar luruh di hadapan Allah. Sampai kita meyakini bahwa jaminan Allah tidak harus melewati tabungan, atau lewat gaji. Diambilnya kekayaan bukan merupakan kemarahan Allah. Allah Maha Halus dalam mendidik kita, supaya bulat tawakal kepada Allah dan makrifat. Orang yang terlalu bersandar kepada jabatannya, jangan heran mudah bagi Allah membuatnya di-PHK.
Bisa jadi kita yang sering dipuji oleh banyak orang, dan membuat hidup tidak normal. Semua serba dibagus-baguskan (artificial), maka jangan kaget dan bersiaplah jika Allah hendak menguji kita dengan caci maki orang, karena kita lebih memilih jalan kebenaran, atau karena kekeliruan kecil, di mana sebelumnya orang-orang seringkali memuji, dengan kejadian itu, ia pun dijauhi, dan terpuruk kepada Allah. Dicaci maki bukan bencana, melainkan berupa kasih sayang kelembutan Allah. Sepanjang kita tetap di jalan Allah yang diridhai, dan bila kita sudah merasa tidak ingin dipuji tidak takut dicaci, itu karunia yang sangat mahal sekali. Bila terjadi sebaliknya, berarti suatu musibah.
Adakah yang mencelakakan kita selain diri sendiri? Diri kitalah yang dizalimi. Tidak ada yang lebih sayang kepada kita selain yang mengurus tiap saat. Allah-lah yang terus menerus setiap saat mengurus kita. Kita tidak ingat kepada Allah, namun Allah tetap mengurus kita. Setiap saat semuanya diurus oleh Allah.
Hati itu hanya bisa disentuh oleh kebeningan kelembutan. Anak itu nakal karena merekam dari tv, orang tuanya, rekan-rekannya. Ketika mereka menjumpai melihat orang tuanya membersihkan hatinya, anak-anak akan merekamnya. Mereka mengerti dengan bahasa hati. Bahasa yang paling murni. Dengan belaian, tatapan dengan hati dia akan mengetahui dan mengenal dengan bekal mereka sebagai kasih saying. Kita harus terus menerus membongkar kebusukan hati kita hingga ditemukan frekuensinya.
Kata kunci hati kita bersih, jangan ada maksud lain, selalin murni tidak ada kepentingan dengan hati. Lurus, tidak ada siasat kamuflase. Sesederhana apa pun perilaku kita, bila datang dari kemurnian hati, itu pasti akan sampai kepada hati. Allah tidak membutuhkan rekayasa. Dan inilah kekayaan kita, tidak memiliki maksud lain, selain keridhaan Allah. Membuat kita tidak ada rahasia dengan Allah.
Pada diri orang lain, ia akan bisa berlaku tidak adil kepada kita, namun Allah adalah tetap Maha Adil.
Kalau Allah membuat hati orang tidak suka kepada kita, maka tidak ada yang bisa mencegahnya. Bahagia itu tempatnya di dada, bukan dipuji dihormati. Bahagia itu kita menjadi orang yang jujur, bersih, lurus, tidak munafik.
Yang bahaya itu bukan soal ujian, melainkan salah dalam jawabannya. Yang sibuk memikirkan soal akan berbeda dengan orang yang sibuk memikirkan jawabannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar